Minggu, 24 Agustus 2014

Kuningan - Agustus 2014



Situs Cipari ditemukan pada tahun 1972 dengan adanya sebuah peti kubur batu yang merupakan satu ciri dari kebudayaan masa prasejarah. Penelitian/ekskavasi arkeologi secara sistematis, di bawah pimpinan Teguh Asmar yang dilakukan mulai tahun 1975 menghasilkan temuan-temuan perkakas dapur, gerabah, perunggu, dan bekas-bekas pondasi bangunan. Situs ini terhitung cukup lengkap menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu.

Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur adalah salah satu tempat ditemukannya peninggalan kebudayaan prasejarah di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Selain Cipari, ada paling sedikit delapan tempat di sekitar kaki gunung Ciremai yang terdapat peninggalan bercorak Megalitik, Klasik, Hindu-Buddha, dan kolonial Belanda.


Di Cipari sendiri ditemukan tiga peti kubur batu yang di dalamnya terdapat bekal kubur berupa kapak batu, gelang batu, dan gerabah. Bekal kubur ini masih tersimpan dalam bangunan museum. Di dalam peti tidak ditemukan kerangka manusia, karena tingkat keasaman dan kelembapan tanah yang terletak 661 meter dpl itu terbilang tinggi, sehingga tulang yang dikubur mudah hancur.
Area ditemukannya artefak-artefak batu dan gerabah masih tertata baik, juga tingkat kedalaman benda-benda itu terkubur masih orisinal. Peti kubur yang terbuat dari batu indesit besar berbentuk sirap masih tersusun di tempatnya semula. Mengarah ke timur laut barat daya yang menggambarkan konsep-konsep kekuasaan alam, seperti matahari dan bulan yang menjadi pedoman hidup dari lahir sampai meninggal.
Peti kubur batu yang ada situs purbakala Cipari ini memiliki kesamaan dengan fungsi peti-peti kubur batu di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Masyarakat Sulawesi Utara menyebut peti kubur batu sebagai waruga, masyarakat Bondowoso menyebutnya pandusa, dan masyarakat Samosir menyebutnya tundrum baho.

Ada pula tanah lapang berbentuk lingkaran dengan diameter enam meter dengan dibatasi susunan batu sirap, di tengah-tengahnya terdapat batu. Tempat yang bernama Batu Temu Gelang ini adalah lokasi upacara dalam hubungan dengan arwah nenek moyang serta berfungsi sebagai tempat musyawarah.

Di kawasan ini juga ada altar batu (punden berundak), yakni bangunan berundak-undak yang di bagian atasnya terdapat benda-benda megalit atau makam seseorang yang dianggap tokoh dan dikeramatkan. Altar ini berfungsi sebagai temapt upacara pemujaan arwah nenek moyang.
Di ketinggian tertentu terdapat pula menhir, yakni batu tegak kasar sebagai medium penghormatan sekaligus tempat pemujaan. Ada pula dolmen (batu meja) yang tersusun dari sebuah batu lebar yang ditopang beberapa batu lain sehingga berbentuk meja. Fungsi dolmen sebagai tempat pemujaan kepada arwah nenek moyang sekaligus tempat peletakan sesaji. Terdapat juga batu dakon (lumpang batu), yakni batu berlubang satu atau lebih, berfungsi sebagai tempat membuat ramuan obat-obatan.
Luas Situs Taman Purbakala Prasejarah Cipari 6.364 meter persegi. Artefak-artefak, yakni peti kubur batu, gerabah, gelang batu, beliung persegi, kapak perunggu, dan manik-manik ditemukan pada beberapa kali penggalian.Berdasar temuan itulah situs ini diduga berasal dari masa perundagian (paleometalik atau perunggu-besi) yang masih melanjutkan tradisi megalitik, sekitar tahun 1.000—500 SM. Saat itu masyarakat sudah mengenal cocok tanam dan organisasi yang baik.
Walaupun ditemukan artefak-artefak namun temuan ini tidak dapat menjelaskan siapa yang dikubur dalam tiga peti kubur batu itu dan bagaimana ciri-ciri fisiknya, selain diperkirakan tiga orang itu adalah pemuka masyarakat.



Situs Museum Taman Purbakala Cipari berada di lingkungan Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Terletak di daerah berbukit dengan ketinggian 661 meter dpl, di kaki gunung Ciremai bagian timur dan bagian barat kota Kuningan. Cipari berjarak 4 kilometer dari ibukota Kuningan dan 35 kilometer dari kota Cirebon.
Area ini sebelumnya adalah tanah milik Bapak Wijaya serta milik beberapa warga lainnya. Pada tahun 1971, Bapak Wijaya menemukan batuan yang setelah diteliti ternyata peti kubur batu, kapak batu, gelang batu, dan gerabah. Setelah diadakan penggalian percobaan dengan tujuan penyelamatan artefak tahun 1972, tiga tahun kemudian diadakan penggalian total. Setahun kemudian dibangun Situs Museum Taman Purbakala Cipari. Pada 23 Februari 1978 museum diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DR. Syarif Thayeb

Sekarang kondisinya kurang terawat baik kondisi situs dan gedung museumnya. Hal ini kurangnya perhatian dari pemerintahan kabupaten Kuningan sebagai tempat wisata dan penelitian. Kurangnya perhatian dapat dilihat dari tidak dilakukan perbaikan gedung, fasilitas pendukung keterangan situs dan buku yang menyangkut situs tersebut. Seharusnya dilakukan peremajaan beberapa hal di atas juga publikasi melalui situs resmi pemerintahan kabupaten Kuningan. Semoga kunjungan pada bulan April 2009 yang baru dilakukan oleh Kami pad saat yang akan datang ada perubahan yang berarti dan mendapat perhatian lebih.



Sabtu, 28 Juni 2014

Trip Banjarmasin Juni 2014

Tujuan perjalanan saya kali ini adalah kota Banjarbaru. Perjalanan ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit. kota yang terletak sekitar 100 km dari kota banjarmasin ini tergolong sepi dari pengendara motor dan mobil. Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarbaru dahulu merupakan sebuah kota administratif yang dimekarkan dari Kabupaten Banjar.

Museum Borneo cikal bakal museum Lambung Mangkurat.
(Gambar didapat dari Wikipedia.org)


Bermula dari Museum Borneo yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1907 di Banjarmasin. Akibat masuknya penjajahan Jepang, Museum Borneo berakhir dan dilanjutkan pencetusannya oleh Gubernur Milono dengan didirikannya Museum Kalimantan pada tanggal 22 Desember 1955. Separuh dari koleksi museum ini merupakan kepunyaan Kiai Amir Hasan Bondan Kejawen sebagai salah satu Bapak Pioneer Museum.
Didahului dengan diselenggarakannya Konferensi Kebudayaan pada tahun 1957 di Banjarmasin, yang sepuluh tahun kemudian (1967) diresmikan berdirinya kembali museum yang diberi nama Museum Banjar. Museum Banjar berakhir dan koleksinya dipindahkan ke Museum Lambung Mangkurat bertempat di Banjarbaru tepatnya di jalan Jenderal Achmad Yani KM 35,5 Kelurahan Banjarbaru Utara.
Museum Lambung Mangkurat mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef pada tanggal 10 Januari 1979.
 
Perahu Tambangan adalah alat transportasi andalan masyarakat setempat
Perahu tambangan terbuat dari kayu dengan panjang 8-12 meter dan lebar 1,5 meter. Perahu ini juga memiliki atap untuk melindungi penumpangnya dari panas dan hujan. Sementara penumpang yang dapat terangkut dalam sekali jalan sekitar 5-10 orang. Dibutuhkan dua orang untuk mengayuh perahu secara manual sehingga waktu perjalanan ketika menyeberang cukup lama, yakni setengah jam.

Perahu tambangan mengalami masa kejayaannya pada tahun 1950 hingga 1970-an, dimana saat itu terdapat ratusan perahu yang hilir-mudik di Sungai Mahakam. Banyak dari masyarakat yang akhirnya beralih profesi menjadi pengusaha atau pekerja perahu tambangan. Perahu tambangan juga sempat ramai dimanfaatkan oleh para pasangan atau pria hidung belang untuk bermesraan di dalam perahu. Perahu tambangan untuk bermesraan itu dicarter dalam hitungan jam menuju arah hulu sungai dengan tarif Rp 5.000, nominal yang cukup tinggi pada masa tersebut.


Namun pada tahun 2009 lalu ditemukan perahu tambangan kuno di dasar Sungai Saka Raden, teronggok dalam lumpur setebal 1,5 meter. Perahu tersebut berbahan kayu ulin dan dalam keadaan 80% terbilang baik. Perahu tambangan kuno itu kemudian dijadikan salah satu koleksi Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru, bersama dengan perahu-perahu tradisional lainnya, yakni perahu pandan liris dan jukung sudur.

Penemuan perahu tambang di dasar sungai tersebut kemudian membuat perahu tambangan ditetapkan menjadi benda cagar budaya. Banyak pihak yang menginginkan agar perahu tradisional ini dilestarikan keberadaannya agar para generasi muda, terutama generasi muda Samarinda, juga dapat mengenalnya.

Rumah Banjar Bubungan Tinggi  - Rumah adat banjar yang ditempati khusus oleh keluarga bangsawan dibangun dengan menggunakan kayu ulin dengan ciri-ciri rumah di atas tiang dan atapnya yang menjulang tinggi. 

Miniatur Rumah adat Banjar.

Padapuran - Tempat memasak makanan di masyarakan Banjar.


 Pelaminan / Penataian Pengantin

 Kamar Pengantin

Peralatan Suku Dayak - Suku Bangsa dayak merupakan penduduk asli kalimantan selatan yang masih menganut kepercayaan Kaharingan. Bentuk religi mereka dapat dibedakan antara Balian (Paderi) yang memimpin upacara keagamaan dan shaman (dukun desa) yang melakukan upacara pengobatan dan ilmu hitam. untuk melaksanakan upacara religi itu dipergunakan macam-macam alat upacara, item budaya dalam pakaian, gelang, ikat pinggang dan manik-manik, alat musik, patung dan senjata.
Candi Agung - Merupakan candi Hindu yang dibangun oleh pangeran suryanata pada masa kerajaan Negara Dipa sekitar abad ke 14.

Candi Laras - di Kalimantan selatan pernah berkembang kebudayaan hindu. Candi laras merupakan sisa kebudayaan hindu yang masuk kedaerah ini. disekitar candi ini terdapat beberapa sisa bangunan dan patung dari batu yang sudah rusak. patung-patung tersebut mirip lingga, Syiwa Maha Guru dan Nandi Serta beberapa potong batu alas patung yang berbentuk padma.


Pusaka kerajaan banjar - Perlengkapan kerajaan merupakan benda-benda yang paling istimewa pada zamannya. hal itu berkaitan dengan kebesaran yang disandang raja ditengah kehidupan rakyatnya yang sederhana. banyak benda kerajaan yang dibuat sedemikian rupa untuk membuat benda nampak mengesankan salah satunya adalah pusaka atau benda yang dibuat dari emas.

(Gambar kanan) Stempel kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Tamjid Al Wasikh Billah tahun 1857-1859. (Gambar kiri) Naskah perjanjian antara kerajaan Banjar dengan VOC pada tahun 1787 yang ditandatangani oleh Susuhunan Nata Alam atau Panembahan Batuah, Sultan Sulaiman Saidullah dan Sultan Adam Al Wasikh Billah.

 
 Pedang Kehormatan yang digunakan oleh Raja

Pedang Kehormatan - Pedang ini dihadiahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda kepada mereka yang berjasa kepadanya. Biasanya pedang ini digunakan sebagai pengiring penganugerahan Bintang Willems Orde kelas III.
Prasasti - Bukti sejarah yang ditulis pada permukaan kayu ulin ini dengan huruf arab melayu (Jawi) ini menyebutkan bahwa pada bulan ramadhan/puasa dilarang membunyikan dum-duman, petasan dan sejenisnya, karena dianggap akan mengganggu umat yang sedang beribadah.

 Bendera Kerajaan Banjar - Bendera kerajaan banjar berwarna kuning terlihat perbedaannya pada waktu sebelum dan sesudah dikuasai oleh belanda. setelah dikuasai oleh belanda terlihat dengan jelas pengaruh dari eropa berupa perisai dan singa yang terdapat dalam lambang dalam bendera kerajaan banjar.

Gamelan Kraton - Para bangsawan mempunyai gamelan kebesaran sesuai dengan kedudukan mereka pada masa lalu. Gamelan tersebut dibunyikan setiap upacara tradisional dan untuk menyambut tamu/pembesar. Iramanya disesuaikan dengan jenis upacara yang disambut.

 Sejarah Perang Banjar tidak banyak yang tahu meskipun oleh Urang Banjar sendiri. Ini disebabkan  buku-buku sejarah pelajaran sekolah kurikulumnya lebih banyak membahas perang kemerdekaan yang terjadi di daerah lain. Sehingga generasi muda Urang Banjar pun lebih mengenal sejarah perang daerah lain daripada kejadian perang yang pernah terjadi di daerah sendiri. gambar diatas adalah bukti kisah  seputar Perang Banjar yang diantaranya adalah pengumuman dari pemerintahan penjajah atas hadiah apabila menyerahkan para pejuang Banjar.

Baju Taluk Balanga (gambar sebelah kiri) baju yang dikenakan oleh pangeran Antasari, seorang penggerak perang banjar yang gigih menentang penjajahan belanda. Pangeran yang dikenal dengan tekad "Haram Manyarah waja sampai ka puting" ini dianugerahi pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 27 mei 1968.
Baju Jas Tutup (gambar sebelah kanan) Baju kebesaran kerajaan banjar yang dipakai oleh Pangeran Antasari saat menerima gelar "Penembahan Amiruddin khalifatul Mukminim"


Alat Tukar atau pembayaran yang sah pada masanya dan dapat dijadikan bukti sejarah daerah kalimantan selatan. Di Kalimantan Selatan pernah beredar mata uang lokal yang hanya berlaku di perkebunan lada daerah maluka (Pelaihari kabupaten Tanah laut)

Meriam VOC - Perlawanan dalam perang Banjar terjadi didarat dan diperairan. dahsyatnya perlawanan laskar banjar menyebabkan Belanda meminta bantuan kapal perang ke Batavia. Belanda menggunakan meriam sebagai senjata di kapal-kapal dan benteng pertahanan.



  Penemuan alat-alat Zaman kuno di Kalimantan selatan




Rabu, 30 April 2014

Farewell Party My Boss - 30 April 2014


A great teacher is not necessarily a great mentor. 
A great mentor is not necessarily a great boss. 
A great boss is not necessarily a great leader. 
But you have been a great teacher, mentor, leader and boss – all rolled into one.


Maybe one day our professional paths will cross each other once again and I will be able to repay the debt of guidance and mentorship to you. I can’t thank you enough for everything.








Ordinary employees like me become extraordinary when they are trained by awesome bosses like you. Farewell to my favorite boss.








 As a boss, you have always seen us through tough times at work. But now that we are just friends and no longer colleagues, I hope I can reciprocate the favor someday by helping you see through tough times in life.





We will get new leadership, but that doesn’t mean we will get a leader who inspires us like you did. 
Farewell, we will miss you.