Jumat, 06 Mei 2016

Cirebon - Agustus 2014

 
Keraton Kasepuhan, merupakan tonggak sejarah dan ikon kota Cirebon, saat kita mendengar kata "Keraton Kasepuhan" pasti yang terlintas di pikiran anda adalah sejarah kota cirebon atau sejarah kerajaan islam di Cirebon.


Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya.
Pintu gerbang utama Keraton Kasepuhan Cirebon terletak di sebelah utara dan pintu gerbang kedua berada di selatan kompleks. Gerbang utara disebut Kreteg Pangrawit berupa jembatan, sedangkan di sebelah selatan disebut lawang sanga (pintu sembilan). Setelah melewati Kreteg (jembatan) Pangrawit akan sampai di bagian depan keraton. Di bagian ini terdapat dua bangunan yaitu Pancaratna dan Pancaniti.




Di depan Keraton Kesepuhan Cirebon terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan juga pentas perayaan Negara lalu juga sebagai tempat rakyat berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman dari Sultan. 

Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Sedangkan di sebelah timur alun-alun dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar — sekarang adalah pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya. Model bentuk Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya merupakan model-model Keraton pada masa itu terutama yang terletak di daerah pesisir. Bahkan sampai sekarang, model ini banyak diikuti oleh seluruh kabupaten/kota terutama di Jawa yaitu di depan gedung pemerintahan terdapat alun-alun dan di sebelah baratnya terdapat masjid.
Sebelum memasuki gerbang komplek Keraton Kasepuhan terdapat dua buah pendopo, di sebelah barat disebut Pancaratna yang dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa Keraton, lurah atau pada zaman sekarang disebut pamong praja. Sedangkan pendopo sebelah timur disebut Pancaniti yang merupakan tempat para perwira keraton ketika diadakannya latihan keprajuritan di alun-alun.
Bangunan Pancaratna berada di kiri depan kompleks arah barat berdenah persegi panjang dengan ukuran 8 x 8 m. Lantai tegel, konstruksi atap ditunjang empat sokoguru di atas lantai yang lebih tinggi dan 12 tiang pendukung di permukaan lantai yang lebih rendah. Atap dari bahan genteng, pada puncaknya terdapat mamolo. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat seba atau tempat yang menghadap para pembesar desa atau kampong yang diterima oleh Demang atau Wedana. Secara keseluruhan memiliki pagar terali besi.
Bangunan Pangrawit berada di kiri depan kompleks menghadap arah utara. Bangunan ini berukuran 8 x 8 m, berantai tegel. Bangunan ini terbuka tanpa dinding. Tiang-tiang yang berjumlah 16 buah mendukung atap sirap. Bangunan ini memiliki pagar terali besi. Nama Pancaniti berasal dari panca berarti jalan dan niti berarti mata atau raja atau atasan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat perwira melatih prajurit dalam perang- perangan, tempat istirahat, dan juga sebagai tempat pengadilan.

Berkut ini detail Arsitektur dan Bangunan Bersejarah di Keraton Kasepuhan Cirebon:
1) Halaman Pertama
Setelah melewati Pancaratna dan Pancaniti selanjutnya memasuki halaman pertama. Untuk memasukinya bisa melewati Gapura Adi atau Gapura Banteng. Gapura Adi berupa pintu gerbang berbentuk bentar berukuran 3,70 x 1,30 x 5 m menggunakan bahan bata. Gapura Adi ini berada di utara Siti Inggil. Gapura Benteng berupa pintu gerbang dengan bentuk bentar berukuran 4,50 x 9 m. Pintu ini lebih besar dan tinggi daripada Gapura Adi. Pada pipi tangga sebelah timur terdapat stilirisasi bentuk banteng.
Halaman pertama merupakan komplek Siti Inggil, di komplek terdapat beberapa bangunan, antara lain Mande Pendawa Lima yang berfungsi untuk tempat duduk pengawal Raja, Mande Malang Semirang yang berfungsi sebagai tempat duduk raja timadu menyaksikan acara di alun-alun, Mande Semar Timandu adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat duduk penghulu atau penasehat raja. Mande Karesmen yaitu bangunan sebagi tempat menampilkan kesenian untuk raja, dan Mande Pengiring yaitu bangunan sebagai tempat mengiring raja. Selain bangunan tersebut masih ada satu bangunan lagi yaitu bangunan Pengada. Bangunan ini berukuran 17 x 9,5 m, berfungsi sebagai tempat membagi berkat dan tempat pemeriksaan sebelum menghadap raja.
2) Halaman Kedua
Halaman kedua dibatasi tembok bata. Pada pagar bagian utara terdapat dua gerbang yaitu Regol Pengada dan gapura lonceng. Regol Pengada merupakan pintu gerbang masuk halaman ketiga dengan ukuran panjang dasar 5 x 6,5 m. Gerbang yang berbentuk paduraksa ini menggunakan batu dan daun pintunya dari kayu. Gapura Lonceng terdapat di sebelah timur Gerbang Pangada dengan ukuran panjang dasar 3,10 x 5 x 3 m. Gerbang ini berbenduk koriagung (gapura beratap) menggunakan bahan bata.
Halaman kedua ini terbagi dua, halaman Pengada dan halaman untuk kompleks Langgar Agung. Halaman Pengada berukuran 37 x 37 m yang berfungsi untuk memarkirkan kendaraan atau menambatkan kuda. Di halaman ini dahulu ada sumur untuk memberi minum kuda. Halaman kompleks Langgar Agung merupakan halaman di mana terdapat bangunan kompleks Langgar Agung. Bangunan Langgar Agung menghadap ke arah timur, memiliki bangunan utama dengan ukuran 6 x 6 m. Teras 8 x 2, 5 m. Jadi bangunan ini berbentuk “T” terbalik Karena teras depan lebih besar dari bangunan utama. Bagian teras berdinding kayu setengah dari permukaan lantai, kemudian setengah bagian atas diberi terali kayu. Dinding bangunan utama merupakan dinding tembok. Mihrab berbentuk melengkung berukuran 5 x 3 x 3 m. Di dalam mihrab tersebut terdapat mimbar terbuat dari kayu berukuran 0,90x 0,70×2 m.
Atap Langgar Agung merupakan atap tumpang dua dengan menggunakan sirap. Konstruksi atap disangga 4 tiang utama. Langgar Agung ini memiliki halaman dengan ukuran 37 x 17 m. Langgar ini berfungsi sebagai tempat ibadah kerabat keraton. Bangunan Langgar Agung dilengkapi pula dengan Pos Bedug Somogiri. Bangunan yang menghadap ke timur ini berdenah bujursangkar berukuran 4 x 4 m yang di dalamnya terdapat bedug (tambur). Bangunan ini tanpa dinding dan atap berbentuk limas, penutup atap didukung 4 tiang utama dan 5 tiang pendukung.
3) Halaman Ketiga
Antara halaman kedua dan ketiga dibatasi tembok dengan gerbang berukuran 4×6,5 x 4 m. Gerbang tersebut dilengkapi dua daun pintu terbuat dari kayu, jika dibuka dan ditutup akan berbunyi maka disebut pintu gledeg (guntur) . Di halaman ketiga terdapat sejumlah bangunan sebagai berikut.
4) Taman Bunderan Dewandaru
Taman ini berdenah bulat telur terbuat dari batu cadas. Memiliki arti dari namanya Bunder artinya sepakat. Dewa berarti dewa atau mahluk halus dan ndaru artinya cahaya. Arti keseluruhan adalah “orang yang menerangi sesama mereka yang masih hidup dalam masa kegelapan”. Luas taman 20 m2. Di taman ini terdapat nandi, pohon soko sebagai lambing bersuka hati, 2 patung macan putih merupakan lambang Pajajaran, meja dan bangku 2 buah meriam yang dinamai Ki Santomo dan Nyi Santoni.
5) Museum Benda Kuno
Bangunan yang menghadap timur berbentuk “E”. Terdapat 2 pintu untuk memenuhi bangunan tersebut. Di sini disimpan benda-benda kuno Keraton Kasepuhan.
6) Museum Kereta
Bangunan ini menghadap barat dan teat di timur Taman Bunderan Dewandaru ini berukuran 13,5 x 11 m. Di Museum Kereta tersimpan kereta-kereta dan barang lainnya
7) Tunggu Manunggal
Bangunan ini berupa batu pendek ± 50 cm, dikelilingi 8 buah pot bunga yang melambangkan Allah yang satu zat sifatnya.
8) Lunjuk
Bangunan yang menghadap timur ini berukuran 10 x 7 m yang berfungsi melayani tamu dalam mencatat dan melaporkan urusannya menghadap raja.
9) Sri Manganti
Bangunan ini berada di timur tugu manunggal berbentuk bujursangkar. Bangunan ini terbuka tanpa dinding, bungbungan berbentuk joglo dan atap genteng didukung dengan 4 tiang soko guru, 12 tiang tengah dan 12 tiang luar. Langiut-langit dipenuhi ukiran-ukiran yang berwarna putih dan coklat. Bangunan ini bernama Sri Manganti karena arti sri artinya raja, manganti artinya menunggu. Sehinggra artinya secara keseluruhan tempat menunggu keputusan raja.

 10) Bangunan Induk Keraton
Bangunan induk keraton merupakan tempaty aktifitas Sultan, dalam bangunan ini terdapat beberapa ruangan dengan fungsi yang berbeda, yaitu :
  • Kuncung dan Kutagara Wadasan dibangun pada tahun 1678 oleh Sultan Sepuh 1. Kuncung berupa bangunan berukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 m yang digunakan parkir kendaraan sultan. Kutagara Wadasan adalah gapura yang bercat putih dengan gaya khas Cirebon berukuran lebar 2,5 m dan tinggi ± 2,5 m. Gaya Cirebon tampak pada bagian bawah kaki gapura yang berukiran wadasan dan bagian atas dengan ukiran mega mendung. Arti ukiran tersebut seseorang harus mempunyai pondasi yang kuat jika sudah menjadi pimpinan atau sultan harus bisa mengayomi bawahan dan rakyatnya.
  • Jinem Pangrawit yaitu bangunan yang berfungsi sebagai serambi keraton. Nama jinem Pangrawit berasal dari kata jinem atau kajineman berarti tempat tugas dan Pangrawit berasal dari kata rawit berate kecil, halus atau bagus. Lantai marmer, dinding tembok berwarna putih dan dihiasi keramik Eropa. Atap didukung 4 tiang sokoguru kayu dengan umpak beton. Ruangan ini digunakan sebagai tempat Pangeran Patih dan wakil sultan dalam menerima tamu.
  • Gajah Nguling yaitu ruangan tanpa dinding dan terdapat 6 tiang bulat bergaya tiang tuscan setinggi 3 m. Lantai tegel dan langit-langit berwarna hijau. Ruangan ini tidak memanjang lurus tapi menyerong (membengkok) dan kemudian menyatu dengan bangsal Pringandani. Bentuk ruangan ini mengambil bentuk gajah yang sedang Nguling (menguak) dengan belalainya yang bengkok. Ruangan ini dibangun oleh Sultan Sepuh IX pada tahun 1845.
  • Bangsal Pringgandani merupakan ruangan yang berada di sebelah selatan ruangan Gajah Nguling. Ruangan ini memiliki 4 tiang utama segi empat berwarna hijau yang berfungsi sebagai tempat menghadap para Bupati Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka. Sewaktu-waktu dipakai pula sebagai tempat sidang warga keraton.
  • Bangsal Prabayasa berada di selatan bangsal Pringgandani. “Prabayasa” berasal dari kata praba artinya sayap dan yasa artinya besar. Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa Sultan melindungi rakyatnya dengan kedua tangannya yang besar. Pada dinding ruangan terdapat relief yang diberi nama Kembang Kanigaran berarti lambing kenegaraan. Maksudnya Sri Sultan dalam pemerintahannya harus welas asih pada rakyatnya.
  • Bangsal Agung Panembahan merupakan ruangan yang berada di selatan dan satu meter lebih tinggi dari bangsal Prabayaksa. Fungsinya sebagai singgasana Gusti Panembahan. Ruangan ini masih asli dan belum ada perubahan sejak dibangun tahun 1529.
  • Pungkuran merupakan ruangan serambi yang terletak di belakang Keraton. Tempat ini berfungsi sebagai tempat meletakan sesaji pada waktu peringatan Maulid Nabi Muhamad.
  • Bangunan Dapur Maulud ini berada di depan Kaputren dengan arah hadap timur yang berfungsi sebagai tempat memasak persiapan peringatan Maulid Nabi SAW.
  • Pamburatan merupakan bangunan yang berada di selatan Kaputren. Pambuaran artinya menggurat atau mengerik. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat mengerik kayu-kayu wangi (kayu untuk boreh) untuk kelengkapan selamatan Maulud Nabi SAW.
(Source: disparbud.jabarprov.go.id dan wikipedia.org)

Sang Pangeran yang dinanti akhirnya lahir.

Senin 21 Maret 2016 merupakan hari yang paling bahagia buat kami. Setelah penantian yang cukup panjang dari akhir tahun 2009.. yahh.. 6 tahun waktu yang cukup lama dengan segala usaha dan perjuangan rasa-rasanya hampir segala cara sudah dicoba. Mulai dari pengobatan alternatif, inseminasi sampai IVF atau yang dikenal dengan bayi tabung. Suka dan duka bercampur aduk didalam pengharapan kami. Pengobatan alternatif yang kami dapat dari saluran Tv (B***** Tv) tak luput dari pengharapan kami dengan biaya yang tergolong mahal untuk sekelas pengobatan alternatif biasa tidak mengurungkan niat kami. Pengobatan urut peranakan sampai dengan konsumsi daging marmut. Pengobatan dengan cara lain (insem dan IVF) pun kami jalani mulai dari Rs Family pluit, Klinik Morulla menteng dan Rs Puri Kembangan. Pengobatan sudah kami jalani tetapi hasilnya nihil. Awal 2015 kamipun pasrah dengan melepaskan segala usaha pengobatan. Dengan berpegang teguh pada Doa dan pengharapan kami pada Tuhan kami pun menjalankan aktifitas seperti biasa dan melepaskan beban pikiran untuk peroleh keturunan.


Hari kamis, 30 juli 2015 sekitar jam 8 malam saya dikejutkan dengan teriakan bahagia dari istri saya Duma. "Sayang, liat ini.. 2 garis..!" Test pack kemudian ditaruh diatas meja. Saya melihat memang 2 garis jelas tetapi saya malah terdiam dan tidak percaya karena selama ini hanya 1 garis saja. Tanpa sepatah kata apapun saya langsung pergi ke apotik dan langsung beli 2 test kehamilan lagi untuk test ulang besok paginya. Semalaman saya pandangi test pack itu seakan tidak percaya, rasa bahagia bercampur dengan takut sampai saya tidak tidur menunggu pagi tiba. Jam 4.30 pagi saya membangunkan istri saya duma untuk test lagi.

Puji Tuhan.. 2 test pack yang saya beli menunjukan 2 garis jelas.


Tgl 31 juli kami kedokter untuk melakukan pemeriksaan USG. Dan hasilnya kantung janin sudah terlihat (bentuk hati)

Hari demi hari kami rasakan begitu istimewa dengan kehadirannya. Setiap pulang kerja saya sering komunikasi dengannya.


Usia kandungan 20 minggu kami mengikuti pemeriksaan USG 4D. Dalam pemeriksaan itu kami diberitahu bahwa sesuai dengan lingkar otak, anak kami akan lahir di awal april 2016. Tak sabar rasanya menunggu.


Hari H pun tiba.. jam 6 pagi saya bersama istri saya duma sudah berada di UGD untuk menjalankan pemeriksaan tekanan darah dan EKG. Setelah pemeriksaan kami diantar menuju kamar pemulihan sebelum dilakukan tindakan operasi.
Tepat pukul 11.00 suster mengantar kami ke ruang pra operasi. Saya berusaha menenangkan istri saya yang cukup tegang, tetapi saya juga tegang dan takut memikirkan istri saya yang akan menjalani operasi. Jam 11.50 istri saya dibawa masuk ruang tindakan dan saya diminta menunggu diluar.


Telah lahir putra kami...

KEVIN FRANSISKUS SOPAKUWA
3.5Kg / 49cm
21 Maret 2016
Pk. 12:25 WIB
RS Royal Taruma R. 392 jade

Inspirasi nama KEVIN aslinya berasal dari kultur Irish (Irlandia) dan Gael (Skotlandia). Nama ini memiliki arti tampan; tercinta. Dalam memberikan nama bayi dengan nama KEVIN lebih pantas untuk anak berjenis kelamin laki-laki.

Santo Fransiskus dari Paula, Pertapa
Fransiskus lahir di Paula, Italia Selatan pada tahun 1416. Pada waktu itu kedua orangtuanya sudah lanjut umur. Tepatlah bila dikata bahwa Fransiskus adalah "karunia Tuhan yang istimewa" bagi kedua orangtuanya yang sudah bertahun-tahun hidup tanpa kehadiran seorang anak. Hasrat menimang seorang anak mendorong kedua orangtuanya berdoa tak kunjung henti kepada Tuhan dengan perantaraan Fransiskus dari Asisi. Kehamilan sang ibu pada usianya yang sudah lanjut itu menunjukkan bahwa Tuhan sungguh menaruh telinga pada keluh kesah mereka. Maka tatkala ibunya melahirkan, bayi itu diberi nama Fransiskus mengikuti nama Santo Fransiskus dari Asisi, perantara doa mereka.


Dari sini kami memetik pengalaman berharga. Bahwa jangan mendahului rencana Tuhan. bagaimanapun usaha keras manusia apabila Tuhan belum mengijinkan maka sia-sia saja.


Rencana Tuhan indah Pada waktunya.

Minggu, 24 Agustus 2014

Kuningan - Agustus 2014



Situs Cipari ditemukan pada tahun 1972 dengan adanya sebuah peti kubur batu yang merupakan satu ciri dari kebudayaan masa prasejarah. Penelitian/ekskavasi arkeologi secara sistematis, di bawah pimpinan Teguh Asmar yang dilakukan mulai tahun 1975 menghasilkan temuan-temuan perkakas dapur, gerabah, perunggu, dan bekas-bekas pondasi bangunan. Situs ini terhitung cukup lengkap menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu.

Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur adalah salah satu tempat ditemukannya peninggalan kebudayaan prasejarah di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Selain Cipari, ada paling sedikit delapan tempat di sekitar kaki gunung Ciremai yang terdapat peninggalan bercorak Megalitik, Klasik, Hindu-Buddha, dan kolonial Belanda.


Di Cipari sendiri ditemukan tiga peti kubur batu yang di dalamnya terdapat bekal kubur berupa kapak batu, gelang batu, dan gerabah. Bekal kubur ini masih tersimpan dalam bangunan museum. Di dalam peti tidak ditemukan kerangka manusia, karena tingkat keasaman dan kelembapan tanah yang terletak 661 meter dpl itu terbilang tinggi, sehingga tulang yang dikubur mudah hancur.
Area ditemukannya artefak-artefak batu dan gerabah masih tertata baik, juga tingkat kedalaman benda-benda itu terkubur masih orisinal. Peti kubur yang terbuat dari batu indesit besar berbentuk sirap masih tersusun di tempatnya semula. Mengarah ke timur laut barat daya yang menggambarkan konsep-konsep kekuasaan alam, seperti matahari dan bulan yang menjadi pedoman hidup dari lahir sampai meninggal.
Peti kubur batu yang ada situs purbakala Cipari ini memiliki kesamaan dengan fungsi peti-peti kubur batu di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Masyarakat Sulawesi Utara menyebut peti kubur batu sebagai waruga, masyarakat Bondowoso menyebutnya pandusa, dan masyarakat Samosir menyebutnya tundrum baho.

Ada pula tanah lapang berbentuk lingkaran dengan diameter enam meter dengan dibatasi susunan batu sirap, di tengah-tengahnya terdapat batu. Tempat yang bernama Batu Temu Gelang ini adalah lokasi upacara dalam hubungan dengan arwah nenek moyang serta berfungsi sebagai tempat musyawarah.

Di kawasan ini juga ada altar batu (punden berundak), yakni bangunan berundak-undak yang di bagian atasnya terdapat benda-benda megalit atau makam seseorang yang dianggap tokoh dan dikeramatkan. Altar ini berfungsi sebagai temapt upacara pemujaan arwah nenek moyang.
Di ketinggian tertentu terdapat pula menhir, yakni batu tegak kasar sebagai medium penghormatan sekaligus tempat pemujaan. Ada pula dolmen (batu meja) yang tersusun dari sebuah batu lebar yang ditopang beberapa batu lain sehingga berbentuk meja. Fungsi dolmen sebagai tempat pemujaan kepada arwah nenek moyang sekaligus tempat peletakan sesaji. Terdapat juga batu dakon (lumpang batu), yakni batu berlubang satu atau lebih, berfungsi sebagai tempat membuat ramuan obat-obatan.
Luas Situs Taman Purbakala Prasejarah Cipari 6.364 meter persegi. Artefak-artefak, yakni peti kubur batu, gerabah, gelang batu, beliung persegi, kapak perunggu, dan manik-manik ditemukan pada beberapa kali penggalian.Berdasar temuan itulah situs ini diduga berasal dari masa perundagian (paleometalik atau perunggu-besi) yang masih melanjutkan tradisi megalitik, sekitar tahun 1.000—500 SM. Saat itu masyarakat sudah mengenal cocok tanam dan organisasi yang baik.
Walaupun ditemukan artefak-artefak namun temuan ini tidak dapat menjelaskan siapa yang dikubur dalam tiga peti kubur batu itu dan bagaimana ciri-ciri fisiknya, selain diperkirakan tiga orang itu adalah pemuka masyarakat.



Situs Museum Taman Purbakala Cipari berada di lingkungan Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Terletak di daerah berbukit dengan ketinggian 661 meter dpl, di kaki gunung Ciremai bagian timur dan bagian barat kota Kuningan. Cipari berjarak 4 kilometer dari ibukota Kuningan dan 35 kilometer dari kota Cirebon.
Area ini sebelumnya adalah tanah milik Bapak Wijaya serta milik beberapa warga lainnya. Pada tahun 1971, Bapak Wijaya menemukan batuan yang setelah diteliti ternyata peti kubur batu, kapak batu, gelang batu, dan gerabah. Setelah diadakan penggalian percobaan dengan tujuan penyelamatan artefak tahun 1972, tiga tahun kemudian diadakan penggalian total. Setahun kemudian dibangun Situs Museum Taman Purbakala Cipari. Pada 23 Februari 1978 museum diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DR. Syarif Thayeb

Sekarang kondisinya kurang terawat baik kondisi situs dan gedung museumnya. Hal ini kurangnya perhatian dari pemerintahan kabupaten Kuningan sebagai tempat wisata dan penelitian. Kurangnya perhatian dapat dilihat dari tidak dilakukan perbaikan gedung, fasilitas pendukung keterangan situs dan buku yang menyangkut situs tersebut. Seharusnya dilakukan peremajaan beberapa hal di atas juga publikasi melalui situs resmi pemerintahan kabupaten Kuningan. Semoga kunjungan pada bulan April 2009 yang baru dilakukan oleh Kami pad saat yang akan datang ada perubahan yang berarti dan mendapat perhatian lebih.



Sabtu, 28 Juni 2014

Trip Banjarmasin Juni 2014

Tujuan perjalanan saya kali ini adalah kota Banjarbaru. Perjalanan ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit. kota yang terletak sekitar 100 km dari kota banjarmasin ini tergolong sepi dari pengendara motor dan mobil. Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarbaru dahulu merupakan sebuah kota administratif yang dimekarkan dari Kabupaten Banjar.

Museum Borneo cikal bakal museum Lambung Mangkurat.
(Gambar didapat dari Wikipedia.org)


Bermula dari Museum Borneo yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1907 di Banjarmasin. Akibat masuknya penjajahan Jepang, Museum Borneo berakhir dan dilanjutkan pencetusannya oleh Gubernur Milono dengan didirikannya Museum Kalimantan pada tanggal 22 Desember 1955. Separuh dari koleksi museum ini merupakan kepunyaan Kiai Amir Hasan Bondan Kejawen sebagai salah satu Bapak Pioneer Museum.
Didahului dengan diselenggarakannya Konferensi Kebudayaan pada tahun 1957 di Banjarmasin, yang sepuluh tahun kemudian (1967) diresmikan berdirinya kembali museum yang diberi nama Museum Banjar. Museum Banjar berakhir dan koleksinya dipindahkan ke Museum Lambung Mangkurat bertempat di Banjarbaru tepatnya di jalan Jenderal Achmad Yani KM 35,5 Kelurahan Banjarbaru Utara.
Museum Lambung Mangkurat mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef pada tanggal 10 Januari 1979.
 
Perahu Tambangan adalah alat transportasi andalan masyarakat setempat
Perahu tambangan terbuat dari kayu dengan panjang 8-12 meter dan lebar 1,5 meter. Perahu ini juga memiliki atap untuk melindungi penumpangnya dari panas dan hujan. Sementara penumpang yang dapat terangkut dalam sekali jalan sekitar 5-10 orang. Dibutuhkan dua orang untuk mengayuh perahu secara manual sehingga waktu perjalanan ketika menyeberang cukup lama, yakni setengah jam.

Perahu tambangan mengalami masa kejayaannya pada tahun 1950 hingga 1970-an, dimana saat itu terdapat ratusan perahu yang hilir-mudik di Sungai Mahakam. Banyak dari masyarakat yang akhirnya beralih profesi menjadi pengusaha atau pekerja perahu tambangan. Perahu tambangan juga sempat ramai dimanfaatkan oleh para pasangan atau pria hidung belang untuk bermesraan di dalam perahu. Perahu tambangan untuk bermesraan itu dicarter dalam hitungan jam menuju arah hulu sungai dengan tarif Rp 5.000, nominal yang cukup tinggi pada masa tersebut.


Namun pada tahun 2009 lalu ditemukan perahu tambangan kuno di dasar Sungai Saka Raden, teronggok dalam lumpur setebal 1,5 meter. Perahu tersebut berbahan kayu ulin dan dalam keadaan 80% terbilang baik. Perahu tambangan kuno itu kemudian dijadikan salah satu koleksi Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru, bersama dengan perahu-perahu tradisional lainnya, yakni perahu pandan liris dan jukung sudur.

Penemuan perahu tambang di dasar sungai tersebut kemudian membuat perahu tambangan ditetapkan menjadi benda cagar budaya. Banyak pihak yang menginginkan agar perahu tradisional ini dilestarikan keberadaannya agar para generasi muda, terutama generasi muda Samarinda, juga dapat mengenalnya.

Rumah Banjar Bubungan Tinggi  - Rumah adat banjar yang ditempati khusus oleh keluarga bangsawan dibangun dengan menggunakan kayu ulin dengan ciri-ciri rumah di atas tiang dan atapnya yang menjulang tinggi. 

Miniatur Rumah adat Banjar.

Padapuran - Tempat memasak makanan di masyarakan Banjar.


 Pelaminan / Penataian Pengantin

 Kamar Pengantin

Peralatan Suku Dayak - Suku Bangsa dayak merupakan penduduk asli kalimantan selatan yang masih menganut kepercayaan Kaharingan. Bentuk religi mereka dapat dibedakan antara Balian (Paderi) yang memimpin upacara keagamaan dan shaman (dukun desa) yang melakukan upacara pengobatan dan ilmu hitam. untuk melaksanakan upacara religi itu dipergunakan macam-macam alat upacara, item budaya dalam pakaian, gelang, ikat pinggang dan manik-manik, alat musik, patung dan senjata.
Candi Agung - Merupakan candi Hindu yang dibangun oleh pangeran suryanata pada masa kerajaan Negara Dipa sekitar abad ke 14.

Candi Laras - di Kalimantan selatan pernah berkembang kebudayaan hindu. Candi laras merupakan sisa kebudayaan hindu yang masuk kedaerah ini. disekitar candi ini terdapat beberapa sisa bangunan dan patung dari batu yang sudah rusak. patung-patung tersebut mirip lingga, Syiwa Maha Guru dan Nandi Serta beberapa potong batu alas patung yang berbentuk padma.


Pusaka kerajaan banjar - Perlengkapan kerajaan merupakan benda-benda yang paling istimewa pada zamannya. hal itu berkaitan dengan kebesaran yang disandang raja ditengah kehidupan rakyatnya yang sederhana. banyak benda kerajaan yang dibuat sedemikian rupa untuk membuat benda nampak mengesankan salah satunya adalah pusaka atau benda yang dibuat dari emas.

(Gambar kanan) Stempel kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Tamjid Al Wasikh Billah tahun 1857-1859. (Gambar kiri) Naskah perjanjian antara kerajaan Banjar dengan VOC pada tahun 1787 yang ditandatangani oleh Susuhunan Nata Alam atau Panembahan Batuah, Sultan Sulaiman Saidullah dan Sultan Adam Al Wasikh Billah.

 
 Pedang Kehormatan yang digunakan oleh Raja

Pedang Kehormatan - Pedang ini dihadiahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda kepada mereka yang berjasa kepadanya. Biasanya pedang ini digunakan sebagai pengiring penganugerahan Bintang Willems Orde kelas III.
Prasasti - Bukti sejarah yang ditulis pada permukaan kayu ulin ini dengan huruf arab melayu (Jawi) ini menyebutkan bahwa pada bulan ramadhan/puasa dilarang membunyikan dum-duman, petasan dan sejenisnya, karena dianggap akan mengganggu umat yang sedang beribadah.

 Bendera Kerajaan Banjar - Bendera kerajaan banjar berwarna kuning terlihat perbedaannya pada waktu sebelum dan sesudah dikuasai oleh belanda. setelah dikuasai oleh belanda terlihat dengan jelas pengaruh dari eropa berupa perisai dan singa yang terdapat dalam lambang dalam bendera kerajaan banjar.

Gamelan Kraton - Para bangsawan mempunyai gamelan kebesaran sesuai dengan kedudukan mereka pada masa lalu. Gamelan tersebut dibunyikan setiap upacara tradisional dan untuk menyambut tamu/pembesar. Iramanya disesuaikan dengan jenis upacara yang disambut.

 Sejarah Perang Banjar tidak banyak yang tahu meskipun oleh Urang Banjar sendiri. Ini disebabkan  buku-buku sejarah pelajaran sekolah kurikulumnya lebih banyak membahas perang kemerdekaan yang terjadi di daerah lain. Sehingga generasi muda Urang Banjar pun lebih mengenal sejarah perang daerah lain daripada kejadian perang yang pernah terjadi di daerah sendiri. gambar diatas adalah bukti kisah  seputar Perang Banjar yang diantaranya adalah pengumuman dari pemerintahan penjajah atas hadiah apabila menyerahkan para pejuang Banjar.

Baju Taluk Balanga (gambar sebelah kiri) baju yang dikenakan oleh pangeran Antasari, seorang penggerak perang banjar yang gigih menentang penjajahan belanda. Pangeran yang dikenal dengan tekad "Haram Manyarah waja sampai ka puting" ini dianugerahi pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 27 mei 1968.
Baju Jas Tutup (gambar sebelah kanan) Baju kebesaran kerajaan banjar yang dipakai oleh Pangeran Antasari saat menerima gelar "Penembahan Amiruddin khalifatul Mukminim"


Alat Tukar atau pembayaran yang sah pada masanya dan dapat dijadikan bukti sejarah daerah kalimantan selatan. Di Kalimantan Selatan pernah beredar mata uang lokal yang hanya berlaku di perkebunan lada daerah maluka (Pelaihari kabupaten Tanah laut)

Meriam VOC - Perlawanan dalam perang Banjar terjadi didarat dan diperairan. dahsyatnya perlawanan laskar banjar menyebabkan Belanda meminta bantuan kapal perang ke Batavia. Belanda menggunakan meriam sebagai senjata di kapal-kapal dan benteng pertahanan.



  Penemuan alat-alat Zaman kuno di Kalimantan selatan