Tujuan
perjalanan saya kali ini adalah kota Banjarbaru. Perjalanan ditempuh
dalam waktu 1 jam 15 menit. kota yang terletak sekitar 100 km dari kota
banjarmasin ini tergolong sepi dari pengendara motor dan mobil. Kota
Banjarbaru adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan
Selatan, Indonesia. Kota Banjarbaru dahulu merupakan sebuah kota
administratif yang dimekarkan dari Kabupaten Banjar.
Museum Borneo cikal bakal museum Lambung Mangkurat.
(Gambar didapat dari Wikipedia.org)
Bermula dari Museum Borneo yang didirikan oleh Pemerintah Belanda
pada tahun 1907 di Banjarmasin. Akibat masuknya penjajahan Jepang,
Museum Borneo berakhir dan dilanjutkan pencetusannya oleh Gubernur
Milono dengan didirikannya Museum Kalimantan pada tanggal 22 Desember
1955. Separuh dari koleksi museum ini merupakan kepunyaan Kiai Amir
Hasan Bondan Kejawen sebagai salah satu Bapak Pioneer Museum.
Didahului dengan diselenggarakannya Konferensi Kebudayaan pada tahun
1957 di Banjarmasin, yang sepuluh tahun kemudian (1967) diresmikan
berdirinya kembali museum yang diberi nama Museum Banjar. Museum Banjar
berakhir dan koleksinya dipindahkan ke Museum Lambung Mangkurat
bertempat di Banjarbaru tepatnya di jalan Jenderal Achmad Yani KM 35,5
Kelurahan Banjarbaru Utara.
Museum Lambung Mangkurat mulai dibangun pada
tahun 1974 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed
Joesoef pada tanggal 10 Januari 1979.
Perahu Tambangan adalah alat transportasi andalan masyarakat setempat
Perahu tambangan terbuat dari kayu
dengan panjang 8-12 meter dan lebar 1,5 meter. Perahu ini juga memiliki
atap untuk melindungi penumpangnya dari panas dan hujan. Sementara
penumpang yang dapat terangkut dalam sekali jalan sekitar 5-10 orang.
Dibutuhkan dua orang untuk mengayuh perahu secara manual sehingga waktu
perjalanan ketika menyeberang cukup lama, yakni setengah jam.
Perahu tambangan mengalami masa
kejayaannya pada tahun 1950 hingga 1970-an, dimana saat itu terdapat
ratusan perahu yang hilir-mudik di Sungai Mahakam. Banyak dari
masyarakat yang akhirnya beralih profesi menjadi pengusaha atau pekerja
perahu tambangan. Perahu tambangan juga sempat ramai dimanfaatkan oleh
para pasangan atau pria hidung belang untuk bermesraan di dalam perahu.
Perahu tambangan untuk bermesraan itu dicarter dalam hitungan jam menuju
arah hulu sungai dengan tarif Rp 5.000, nominal yang cukup tinggi pada
masa tersebut.
Namun pada tahun 2009 lalu ditemukan
perahu tambangan kuno di dasar Sungai Saka Raden, teronggok dalam lumpur
setebal 1,5 meter. Perahu tersebut berbahan kayu ulin dan dalam keadaan
80% terbilang baik. Perahu tambangan kuno itu kemudian dijadikan salah
satu koleksi Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru, bersama dengan
perahu-perahu tradisional lainnya, yakni perahu pandan liris dan jukung
sudur.
Penemuan perahu tambang di dasar sungai
tersebut kemudian membuat perahu tambangan ditetapkan menjadi benda
cagar budaya. Banyak pihak yang menginginkan agar perahu tradisional ini
dilestarikan keberadaannya agar para generasi muda, terutama generasi
muda Samarinda, juga dapat mengenalnya.
Rumah Banjar Bubungan Tinggi
- Rumah adat banjar yang ditempati khusus oleh keluarga bangsawan
dibangun dengan menggunakan kayu ulin dengan ciri-ciri rumah di atas
tiang dan atapnya yang menjulang tinggi.
Miniatur Rumah adat Banjar.
Padapuran - Tempat memasak makanan di masyarakan Banjar.
Pelaminan / Penataian Pengantin
Kamar Pengantin
Peralatan
Suku Dayak - Suku Bangsa dayak merupakan penduduk asli kalimantan
selatan yang masih menganut kepercayaan Kaharingan. Bentuk religi mereka
dapat dibedakan antara Balian (Paderi) yang memimpin upacara keagamaan
dan shaman (dukun desa) yang melakukan upacara pengobatan dan ilmu
hitam. untuk melaksanakan upacara religi itu dipergunakan macam-macam
alat upacara, item budaya dalam pakaian, gelang, ikat pinggang dan
manik-manik, alat musik, patung dan senjata.
Candi Agung - Merupakan candi Hindu yang dibangun oleh pangeran suryanata pada masa kerajaan Negara Dipa sekitar abad ke 14.
Pusaka
kerajaan banjar - Perlengkapan kerajaan merupakan benda-benda yang
paling istimewa pada zamannya. hal itu berkaitan dengan kebesaran yang
disandang raja ditengah kehidupan rakyatnya yang sederhana. banyak benda
kerajaan yang dibuat sedemikian rupa untuk membuat benda nampak
mengesankan salah satunya adalah pusaka atau benda yang dibuat dari
emas.
(Gambar
kanan) Stempel kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Tamjid Al Wasikh
Billah tahun 1857-1859. (Gambar kiri) Naskah perjanjian antara kerajaan
Banjar dengan VOC pada tahun 1787 yang ditandatangani oleh Susuhunan
Nata Alam atau Panembahan Batuah, Sultan Sulaiman Saidullah dan Sultan
Adam Al Wasikh Billah.
Pedang Kehormatan yang digunakan oleh Raja
Pedang
Kehormatan - Pedang ini dihadiahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda
kepada mereka yang berjasa kepadanya. Biasanya pedang ini digunakan
sebagai pengiring penganugerahan Bintang Willems Orde kelas III.
Prasasti
- Bukti sejarah yang ditulis pada permukaan kayu ulin ini dengan huruf
arab melayu (Jawi) ini menyebutkan bahwa pada bulan ramadhan/puasa
dilarang membunyikan dum-duman, petasan dan sejenisnya, karena dianggap
akan mengganggu umat yang sedang beribadah.
Bendera Kerajaan Banjar - Bendera kerajaan banjar berwarna kuning terlihat perbedaannya pada waktu sebelum dan sesudah dikuasai oleh belanda. setelah dikuasai oleh belanda terlihat dengan jelas pengaruh dari eropa berupa perisai dan singa yang terdapat dalam lambang dalam bendera kerajaan banjar.
Gamelan Kraton
- Para bangsawan mempunyai gamelan kebesaran sesuai dengan kedudukan
mereka pada masa lalu. Gamelan tersebut dibunyikan setiap upacara
tradisional dan untuk menyambut tamu/pembesar. Iramanya disesuaikan
dengan jenis upacara yang disambut.
Sejarah
Perang Banjar tidak banyak yang
tahu meskipun oleh Urang Banjar sendiri. Ini
disebabkan buku-buku sejarah pelajaran sekolah kurikulumnya lebih
banyak
membahas perang kemerdekaan yang terjadi di daerah lain. Sehingga
generasi muda Urang
Banjar pun lebih mengenal sejarah perang
daerah lain daripada kejadian perang yang pernah terjadi di daerah
sendiri. gambar diatas adalah bukti kisah seputar Perang Banjar yang
diantaranya adalah
pengumuman dari pemerintahan penjajah atas
hadiah apabila menyerahkan para pejuang
Banjar.
Baju Jas Tutup (gambar sebelah kanan) Baju kebesaran kerajaan banjar yang dipakai oleh Pangeran Antasari saat menerima gelar "Penembahan Amiruddin khalifatul Mukminim"
Alat
Tukar atau pembayaran yang sah pada masanya dan dapat dijadikan bukti
sejarah daerah kalimantan selatan. Di Kalimantan Selatan pernah beredar
mata uang lokal yang hanya berlaku di perkebunan lada daerah maluka
(Pelaihari kabupaten Tanah laut)
Meriam
VOC - Perlawanan dalam perang Banjar terjadi didarat dan diperairan.
dahsyatnya perlawanan laskar banjar menyebabkan Belanda meminta bantuan
kapal perang ke Batavia. Belanda menggunakan meriam sebagai senjata di
kapal-kapal dan benteng pertahanan.
Penemuan alat-alat Zaman kuno di Kalimantan selatan